PEMBELANJAAN INTERN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN


PEMBELANJAAN INTERN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN
Makalah
Disususn Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu : Hj. Munif Kholifah Sulistiyoningrum, MM

Disusun Oleh :
Nala D urratun Nafisah                                    (1402036144)
Nur Hariroh                                                     (1402036145)
Farida Riyani                                                  (1402036146)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengertian pembelanjaan intern (internal financing) adalah dalam artian yang luas,ialah pemenuhan kebutuhan dana dengan dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan, yaitu dana yang berasal dari keuntungan atau laba ditahan disini adalah sebagai lawan dari pengertian “exsternal financing”, yaitu pemenuhan kebutuhan dana dengan dana yang berasal dari luar perusahaan, yaitu dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dari hasil penjualan saham  (equity financing), atau dana yang berasal dari hasil penjualan obligasi, kredit dari supplier, kredit dari Bank atau perusahaan-perusahaan asuransi, dan lain-lain.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti pentingnya pembelanjaan intern?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan?
3.      Bagaimana macam kebijakan dividen?





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Arti Pentingnya Pembelanjaan Intern
Keuntungsn merupakan sumber dana yang utama bagi pertumbuhan perusahaan. Makin besarnya bagian kebutuhan dana yang dipenuhi dengan dana yang berasal dari keuntungan berarti makin kuatnya posisi finansiil dari perusahaan ekstern. Perimbangan antara pemenuhaan kebutuhan dana dengan dana yang berasal dari sumber inter perusahaan di satu pihak dan dengan dana yang berasal dari sumber ekstern di lain pihak mencerminkan pola pemenuhan kebutuhan dana dalam industri yang bersangkutan. Studi mengenai pola pemenuhan kebutuhan dana untuk perusahaaan-perusahaan di indonesia belum dilakukan secara mendalam.
Berdasarkan “Economic Report of the President” tahun 1967 mengenai “Corporate Intern Sourse” dalam hubungannya dengan total dana yang digunakan, nampaknya bahwa selama 12 tahun (1955-1966) lebih dari 2/3 atau kurang lebih 69% dari keseluruhan kebutuhan dana perusahaan-perusahaan di Amerika serikat dipenuhi dengan dana yang berasal dari sumber intern yaitu 45% dipenuhi dari depresasi dan 24% dipenuhi dari laba ditahan. Ini berarti bahwa kebutuhan dana dari Corporation di Negara tersebut selama 12 tahun itu dipenuhi dengan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan adalah sebesar 31%.
Dari data tersebut nampak jelas betapa besarnya peranan sumber dana intern perusahaan di dalam membiayai pertumbuhannya.
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Suatu Perusahaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut:
a.       Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen.
b.      Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memoeroleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimna caranya untuk membayar kembali utang tersebut.
Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru (refunding of debt). Atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan. Berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah. Kita sering melihat adanya klausul atau syarat yang bersifat “protective” dalam pinjaman obligasi atau bentuk pinjaman lainnya yang mengandung pembatasan tentang pembayaran dividen. Ristriksi tersebut dimaksudkan untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut untuk tetap dapat membayar angsuran maupun bunganya. Apabila ada klausul semacam itu dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap besarnya “dividend payout ratio”-nya.
c.       Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhsn akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan “earning”nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar danayang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan. Yang ini berarti makin rendah “dividend payout ratio”-nya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah “well established”, di mana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainnya, maka keadannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan “dividend payout ratio” yang tinggi.
d.      Pengawasan Terhadap Perusahaan
Variabel penting lainnya adalah “control” atau pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusnaahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan “control” dari kelompok dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan utang akan memperbesar risiko finansiilnya.  Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control”terhadap perusahaan. Berarti mengurangi”dividend payout ratio “nya.[2]

3.      Berbagai Macam Kebijakan Dividen
Dividen adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya. Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk mentukan berapa laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi sebagian untuk dividen sebagian lagi dibagi dalam laba ditahan.
Ketika memutuskan seberapa besar jumlah kas yang akan di distribusikan, manajer keuangan harus selalu ingat bahwa perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga, sebagian besar sasaran rasio pembayaran (target payout ratio) seharusnya didasarkan atas preferensi investor atas dividen versus keuntungan modal.[3]
Beberapa  macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut:[4]
1.      Kebijakan dividen yang stabil.
Artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini di pertahankan utuk beberapa tahun, dan apabila di kemudian hari pendapatan perusahaan meningkat dengan pendapatan yang nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan.dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang.
2.      Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3.      Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang kons-tan.
Kebijakan ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi  sesuai dengan perkembangan neto yang di peroleh setiap tahunnya.
4.      Kebijakan dividen yang fleksibel.
Artinya besarnya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi financial dan kebutuhan financial dari perusahaan yang bersangkutan
5.      Kebijakan dividen optimal (optimal dividen policy).[5]
Menghasilkan Yaitu kebijakan dividen yang keseimbangan antara dividen saat ini, pertumbuhan dimasa depan dan memaksimalkan harga saham perusahaan.
Argumen Yang Mendukung  Relevansi  Dividen.
Argumen ketidakrelevanan kebijaksanaan dividen mengasumsikan pasar yang sempurna dan efisien.jika pasar tidak sempurna, maka kebijakan dividen akan relevan. Argumen ini berawal dari asumsi ketidaksempurnaan pasar. Di satu sisi, argumen tersebut mengatakan bahwa perusahaan perlu membayar dividen yang tinggi, di sisi lain argumen tersebut mengatakan sebalikna, perusahaan perlu membayar dividen yang rendah.[6]
a.       Dividen dibayar tinggi/ teori burung ditengah (bird in the hand theory).
Argumen ini mengatakan bahwa pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian, yang berarti mengurangi risiko, yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegag saham.
b.      Dividen dibayar rendah.
Argumen ini berpendapat bahwa sebaiknya dividen dibayarkan rendah, variabel pajak dan biaya emisi (flotation cost), yaitu perusahaan membayarkan dividen dan kemudian menerbitkan saham.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut: a. Posisi Likuiditas Perusahaan. b.Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang. c.Tingkat Pertumbuhan Perusahaan. d. Pengawasan Terhadap Perusahaan.
Adapun macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu anatara lain sebagai berikut: Kebijakan dividen yang stabil, Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu, Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang kostan dan Kebijakan dividen yang fleksibel.


B.     Kritik Dan Saran
Demikian makalah dari kami yang membahas tentang Pembelanjaan Intern dan Kebijakan Dividen, Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuh demi pembuatan makalah yang selanjutnya dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.







DAFTAR  PUSTAKA
.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jagakarta: penerbit Salemba empat. 2007.

Hanafi, Mamduh M. Manajemen Keuangan.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Cet.1.
Riyanto,Bambang . Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahanan Edisi Keempat. Yoyakarta: Bpfe-Yogyakarta. 2013.














[1] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahanan Edisi Keempat, (Yoyakarta: Bpfe-Yogyakarta, 2013), hlm.265
[2] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahanan Edisi Keempat, (Yoyakarta: Bpfe-Yogyakarta, 2013), hlm.267-268
[3]Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jagakarsa: penerbit salemba empat, 2007), hlm.211.
[4]Ibid, hlm. 269-271.
[5]Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jagakarsa: penerbit salemba empat, 2007), hlm.211.
[6] Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta), Cet.1, hlm.366-369.

Comments

Popular Posts