manajemen keuangan Syaraiah
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengelola sebuah perusahaan pasti
membutuhkan kas (uang simpanan) yang berguna untuk membelanjai seluruh kegiatan
operasional sehari-hari. Selain itu kas juga sangat penting untuk mengadakan
investasi baru dan membayar deviden, pajak, atau bunga agar perusahaan tersebut
bisa berjalan dengan baik.
Kas (uang simpanan) dalam sebuah
perusahaan didapat dari banyak aspek, salah satunya yaitu pembayaran piutang,
yang biasanya menggunakan sistem kredit. Hal ini juga memudahkan baik bagi
pelanggan maupun perusahaan yang belum mempunyai cukup dana untuk membayarnya.
Oleh karena itu untuk lebih jelasnya
kami akan memaparkan tentang investasi dan perusahaan dalm piutang, penilaian
resiko kredit, perputaran piutang dan budget piutang, investasi dana dalam kas
serta budget kas dalam sebuah perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakan investasi dana dalam
piutang?
2. Apa sajakah penilaian resiko kredit?
3. Bagaimanakah tingkat perputaran piutang
dan budget pengumpulan piutang?
4. Bagaimanakah investasi dana dalam kas?
5. Apakah yang dimaksud dengan budget kas?
II.
PEMBAHASAN
A. Investasi dalam Piutang
Piutang adalah aktiva
atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
kebijakan penjualan kredit. Dalam rangka
untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual
produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari
jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang
tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang, yaitu[1]:
1. Volume Penjualan Kredit
Makin
besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah
investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap
tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih
besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya
resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”nya.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat
pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih
mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitibilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas
waktu pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit
Dalam
penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi
kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang
ditetapkan bagi masing-masing lamgganan berarti makin besar pula dana yang
diinvestasiakan dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang
dapat diberi kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit
akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian maka batasan
kredit disini bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif.
4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan
dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan
piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai
aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang
menjalankan kebijaksanaannya secara pasif.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Ada sebagian langganan
yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan
mendapatkan cash discount, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan
tersebut. Kebiasaan para langganan untuk
membayar dalam “cash discount period” atau sesudahnya akan mempunyai efek
terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para
langganan membayar dalam waktu selama “discount period”, maka dana yang
tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin kecilnya
investasi dalam piutang.
B. Penilaian Risiko Kredit
Risiko kredit adalah
risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Untuk
menilai risiko kredit, credit manager harus mempertimbangkan berbagai faktor
yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut sebelum perusahaan memutuskan
untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh pelanggan. Pada umumnya
bank atau perusahaan dalam mengadakan penilaian risiko kredit dengan
memperhatikan lima “C” yaitu[2]:
Character, menunjukkan
keinginan atau kemauan dari langganan untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan
persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual.
Capacity, menggambarkan
kemampuan seorang langganan, yang diukur dengan menilai perkiraan pendapatan
dari calon langganan.
Capital, diukur oleh kekuatan
finansial calon langganan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang
dimilikinya, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa ratio finansial.
Collateral, menggambarkan
jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan.
Conditions, menunjukkan
keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan calon langganan
memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Adapun
langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk penyaringan para pelanggan dalam
rangka usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terbayarnya
piutang yang tidak diharapkan, yaitu:
1. Penentuan besernya risiko yang akan
ditanggung oleh perusahaan
2. Penyelidikan tentang kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibanya
3. Mengadakan klasifikasi dari para
pelanggan berdasarklan risiko pembayaranya
4. Mengadakan seleksi dari para langganan
C. Tingkat Perputaran Piutang dan Budget
Pengumpulan Piutang
Piutang sebagai elemen dari modal
kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya
modal dalam piutang tergantung kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin
lama syarat pembayaran, berati makin lama modal terikat pada piutang, hal ini
berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin
rendah. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi jumlah
credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang.
Periode terikatnya modal dalam
piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi
tahun dalam hari dengan turnovernya. Hari rata-rata pengumpulan piutang
dapat di hitung dengan cara (1 tahun = 360 hari) dibagi dengan tingkat
perputaran piutang.
Penting untuk membandingkan hari rata-rata
pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh
peeusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari
pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berati cara
pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berati bahwa banyak para langganan
yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah di tetapkan oleh perusahaan
Tinggi rendahnya tingkat perputaran
piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang
diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat
perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga
untuk mempertahankan jumlah credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya,
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
Budget atau skedul pengumpulan
piutang disusun berdasarkan budget penjualan dengan memperhatikan antara lain
faktor-faktor: terms of sales, kebiasaan pelanggan membayar utangnya.
D. Investasi Kas
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang
kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat
dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai
sifat paling tinggi likuiditasnya. Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di
perusahaan, rekening-rekening giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan
pada saat dibutuhkan.
Kas dalam kegiatan operasional
diperlukan untuk:
1. Membelanjai seluruh kegiatan operasional
perusahaan sehari-hari
2. Mengadakan investasi baru dalam aktiva
tetap
3. Membayar dividen, pajak, bunga dan
pembayaran lain-lain[3]
Pengeluaran kas suatu perusahaan
dapat bersifat terus-menerus atau continue misalkan pengeluaran kas untuk
pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain sebagainya.
Disamping itu ada aliran kas keluar yang bersifat tidak tidak continue atau
bersifat intermittent misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, deviden,
pajak penghasilan, pembayaran angsuran utang, pembelian kembali saham
perusahaan dan lain sebagainya.
Aliran kas masuk yang bersifat
continue misalnya aliran kas yang berasal dari hasil penjualan produk secara
tunai, penerimaan piutang dan lain sebagainya. Sedangkan aliran kas masuk yang
tidak continue misalnya aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik
perusahaan, penjualan saham, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai dan
lain sebagainya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya persediaan kas minimal, yaitu[4]:
1. Perimbangan antara aliran kas masuk
dengan aliran kas keluar
Adanya perimbangan yang
baik antara pemasukan kas dengan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan berarti
pengeluaran kas baik mengenai jumlah maupun waktunya akan dapt dipenuhi dari
penerimaan kasnya. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena
adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan.
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang
diperkirakan
Apabila aliran kas
selalu sesuai dengan perkiraan, maka perusahaan tersebut tidak menghadapi
kesukaran likuiditas. Namun sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering
mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diperkirakan maka perusahaan
ini perlu mempertahankan adanya persediaan minimal kas yang agak besar.
3. Adanya hubungan yang baik dengan
bank-bank
Apabila pimpinan suatu perusahaan telah
berhasil dapat membina hubungan yang baik dengan bank akan mempermudah baginya
untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran finansialnya, baik yang
disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak diduga maupun yang dapat diduga
sebelumnya.
E. Budget Kas
Budged kas adalah estimasi
terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang. Penyusunan
budget kas bagi suatu perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan
likuiditasnya. Dengan menyusun budget kas akan dapat diketahui kapan perusahaan
akan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasinya perusahaan.
Dengan mengetahui akan adanya deficit kas juah sebelumnya, maka dapatlah
direncanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutup
defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu maka terdapat lebih banyak
alternatif sumber dana, dan makin banyaknya alternatif sumber dana berarti kita
dapat mengadakan pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya dengan
mengetahui jauh sebelumya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar, maka
dapat direncanakan bagimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien.
Budget
kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Pada dasarnya budget
kas dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu[5]:
1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang
berasal dari: hasil penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga,
deviden, hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-penerimaan lain.
2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan
untuk: pembelian bahan mentah, pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh,
pengeluaran untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran
bunga, dividen, tantieme, pajak, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan
pengeluaran-pengeluaran lain.
Dengan mengadakan estimasi penerimaan
dan pengeluaran selama periode tertentu bahwa berbagai perusahaan menyusun
budget kas dalam bentuk yang berbeda-beda, meskipun sebenarnya maksudnya adalah
sama, yaitu budget kas disusun agar supaya pimpinan perusahaan dapat
mengetahui:
a. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil
rencana operasinya perusahaan.
b. Kemungkinan adanya surplus atau defisit
karena rencana operasinya perusahaan
c. Besarnya dana dan saat-saat kapan dana
itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas
d. Saat-saat kredit itu dibayar kembali
Penyusunan budget kas
biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan
pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan. Transaksi-transaksi disini
merupakan transaksi operasi. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau
surplus karena rencana operasinya perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi
kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang
diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga
disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya
kembali. Transaksi-transaksi disini merupakan transaksi finansiil.
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan
penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil, dan budget kas
yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasionil dan transaksi
finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas
keseluruhan.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Piutang adalah aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan
kredit. Kebijakan ini sengaja dilakukan untuk memperbesar volume penjualannya
kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya investasi dalam piutang, yaitu Volume
Penjualan Kredit, Syarat Pembayaran Penjualan Kredit, Ketentuan tentang
Pembatasan Kredit, Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang, Kebiasaan Membayar
dari Para Langganan.
Pada umumnya bank atau perusahaan dalam
mengadakan penilaian risiko kredit dengan memperhatikan lima “C” yaitu
character, capacity, capital, collateral, dan conditions. Periode perputaran
atau periode terikatnya modal dalam piutang tergantung kepada syarat
pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, berati makin lama modal
terikat pada piutang, hal ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama
periode tertentu adalah makin rendah.
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang
kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat
dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai
sifat paling tinggi likuiditasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
persediaan kas minimal, yaitu Perimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran
kas keluar, Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan, Adanya hubungan
yang baik dengan bank-bank. Budged kas adalah estimasi terhadap posisi kas
untuk suatu periode tertentu yang akan datang.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami
buat. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini pasti terdapat kesalahan
dari segi penulisan maupun segi penyajian. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan memberi manfaat
bagi kita semua.
Daftar
Pustaka
Gitosudarmo, Indriyo
dan Basri. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. 2013
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. 2013
Syamsuddin,
Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2011
[1] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE, 2013), hal. 85
[2] Lukman Syamsuddin, Manajemen
Keuangan Perusahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 265
[3] Indriyo Gitosudarmo dan
Basri, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: BPFE, 2013), hal. 73
[4] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, ...hal. 96
[5] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, ... hal. 96
Comments
Post a Comment